antara Kingsman dan An Inconvenient Truth
Sobat pembaca tentu sudah sangat
sering mendengar apa itu fenomena perubahan iklim. Ya, fenomena ini menjadi
sangat populer di semua kalangan. Sedemikian banyaknya informasi tentang
perubahan iklim yang bisa kita ketahui. Namun apa yang ada di benak pembaca
jika memikirkan perihal perubahan iklim?
Es di kutub mencair? Kota New York tenggelam? Kelaparan, wabah penyakit?
tentu bayangan sobat ini tidak salah, karena itulah beberapa gambaran yang
sering ditampilkan dalam kampanye menghadapi perubahan iklim. Entah benar atau
tidak perubahan iklim itu ada, yang jelas saat ini kita sudah merasakan dampak
negatifnya. Terdapat teori antimainstream
yang mengatakan perubahan iklim itu hanyalah mitos. Bagi movie lovers, anda bisa menonton film Kingsman: The Secret Service, film mengenai agen rahasia karya Sutradara
Matthew Vaughn yang dirilis awal tahun 2015. Dalam film ini, terdapat Profesor
Arnold yang berpendapat bahwa perubahan iklim itu tidak lain adalah sebuah proses
alami dimana bumi sedang menyembuhkan dirinya sendiri. Perumpaannya adalah jika
bumi itu manusia, maka penyakitnya adalah manusia itu sendiri. Untuk membuat
kehidupan di bumi menjadi seimbang perlu dilakukan pengurangan jumlah penduduk.
Pada ending film ini tokoh antagonis
yang diperankan oleh Samuel L. Jackson berusaha membunuh semua penduduk dunia
melalui sebuah program kecuali orang-orang penting yang telah dipilih sebelumnya.
Tentu saja teori tersebut hanyalah fiksi belaka sebagai bumbu untuk menarik
minat penonton. Tertarik untuk berpikir demikian?
Untuk memahami secara ilmiah apa itu
perubahan iklim, tahun 2006 telah dirilis film berjudul An Inconvenient Truth karya Sutradara Davis Guggenheim dan
dibintangi oleh Al Gore, mantan wakil Presiden Amerika Serikat era Bill
Clinton. Film ini menceritakan tentang kondisi Bumi saat ini dimana terdapat
fakta-fakta yang mengejutkan yang tidak disadari oleh umat manusia. Pemanasan
global yang menyebabkan perubahan iklim telah menjadi ancaman bagi kelangsungan
hidup di Bumi ini. Sebagai contoh, volume gletser yang menurun, kenaikan suhu
panas di berbagai kota dunia, bencana kekeringan, banjir serta luas daratan
yang berkurang jika es di Antartika/Artik mencair. Al Gore memperkirakan
perubahan besar yang terjadi ini setelah kondisi jumlah emisi karbon di Bumi semakin
banyak. Adapula film fiksi ilmiah karya Christoper Nolan berjudul Interstellar, dimana 60 tahun dari
sekarang Bumi sudah tidak cocok dihuni oleh manusia dan satu-satunya tanaman
pangan yang ada adalah jagung. Sedangkan tanaman pangan yang lain sudah tidak
bisa tumbuh karena perubahan iklim. Anak-anakpun dididik menjadi petani
mengingat kelangkaan pangan yang terus menerus terjadi. Mengerikan bukan?
Di dalam negeri sendiri pada Desember
2014, Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) telah meluncurkan film yang
berjudul “Karbon Dalam Ransel” karya Sineas Ray Nayoan. Film ini menjadi media
edukasi dan sosialisasi tentang dampak perubahan iklim khususnya kepada anak
muda. Sebelumnya DNPI juga telah merilis film dokumenter dengan judul “Setelah
Hujan Datang”, “Lakukan Sekarang Juga”, “Perubahan Iklim di Halaman Kita”,
“Bumiku” dan “Senandung Bumi”. Rachmat Witoelar selaku Ketua Harian DNPI berharap
anak muda dapat menangkap pesan pendidikan perubahan iklim dalam film tersebut.
Hal ini sejalan dengan Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP20 yang berlangsung
di Lima Peru, dimana perhatian
dan peran anak muda terhadap isu perubahan iklim sangatlah tinggi.
Dari film- film tersebut dapat
disimpulkan bahwa apapun pendapat ahli mengenai perubahan iklim atau mungkin
saja disebabkan oleh hal lain, kita perlu berbuat sesuatu demi kelangsungan
hidup bumi ini. Jelas dari sekarang kita harus memulainya dari diri sendiri. Banyak kampanye atau sosialisasi yang telah dilakukan
untuk memulai gaya hidup hijau namun terkadang kita lupa tidak melakukannya di
kehidupan sehari-hari. Seperti kampanye global Earth Hour dimana kita diajak untuk menghemat listrik dengan
mematikan lampu dan peralatan listrik selama satu jam. Kampanye ini masih
dianggap aksi simbolis karena tindak lanjut setelahnya masih belum mampu
merubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih ramah lingkungan. Sementara itu, Hari
Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tahun, jatuh pada tanggal 5 Juni dan
tema untuk tahun 2015 ini adalah Seven
Billion Dreams. One Planet. Consume with Care. Tema ini dapat kita jabarkan
dengan memulai langkah-langkah kecil dan mudah untuk dilakukan berikut ini:
- Kurangi penggunaan kendaraan bermotor, untuk tujuan dekat bisa berjalan kaki, bersepeda, jika harus menggunakan kendaraan usahakan menggunakan angkutan massal, terapkan program car free day di hari minggu, terapkan prinsip car sharing di lingkungan rumah atau tetangga dengan tujuan yang sama (sekolah/kantor). Telah ada Komunitas Nebengers di Kota Jakarta.
- Hematlah penggunaan listrik! dengan cara segera mematikan peralatan listrik jika sudah selesai digunakan, gunakan jenis lampu hemat energi, jangan terlalu sering membuka kulkas, tidur dengan kondisi lampu dimatikan, gunakan seminimal mungkin AC terutama di kantor dan ruang kelas, selektif dalam menyeterika pakaian. Pengembangan energi listrik bersumber dari energi terbarukan seperti air, angin, matahari, gelombang laut.
- Hematlah penggunaan air! dengan cara, mandi menggunakan gayung, mencuci mobil/motor menggunakan ember dan gayung daripada selang dengan air mengalir, tidak mencuci piring dengan kran terbuka, tampung air hujan untuk menyiram tanaman dan gunakan air bekas cuci buah/sayur untuk menyiram tanaman. Saat ini sedang dikembangkan program rain water harvesting, menampung air hujan sebagai sumber air baku.
- Terapkan prinsip 3R (reuse, reduce, recycle) “dari sampah jadi berkah”, dengan menggunakan kembali kantong plastik, gunakan kain serbet atau sapu tangan daripada tisu, manfaatkan halaman putih dari kertas bekas, buang sampah pada tempatnya, membawa tas belanja sendiri, beli barang dalam ukuran besar daripada eceran, olah barang bekas menjadi barang kerajinan, Gerakan Bank Sampah.
- Menanam pohon di sekitar halaman rumah, bisa melalui media pot, bisa tanaman buah, tanaman hias, tanaman obat, sayur dan gunakan pupuk organik.
- Kurangi penggunaan kendaraan bermotor, untuk tujuan dekat bisa berjalan kaki, bersepeda, jika harus menggunakan kendaraan usahakan menggunakan angkutan massal, terapkan program car free day di hari minggu, terapkan prinsip car sharing di lingkungan rumah atau tetangga dengan tujuan yang sama (sekolah/kantor). Telah ada Komunitas Nebengers di Kota Jakarta.
- Tanamkan pengetahuan ini kepada masyarakat luas dimulai dengan keluarga sendiri, ajari anak cucu sedari dini.
Itulah beberapa langkah kecil yang
dapat dengan mudah kita lakukan dalam menghadapi perubahan iklim yang telah
terjadi saat ini. Mudah bukan? bayangkan bila tujuh miliar penduduk dunia
melakukan hal yang sama. Karena sesungguhnya kita yang hidup saat ini harus
mewariskan kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu kita di masa yang akan
datang. Seperti kata pepatah, “wariskanlah mata air bukan air mata”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar